Masjid Rahmatan Lil ’AlaminMa’had Al-Zaytun (MAZ) benar-benar merubah paradigma berpikir khalayak ramai dari anggapan bahwa pesantren itu kumuh menjadi pesantren itu bersih, megah, gagah dan modern. Segagah sejarah pesantren yang mampu bertahan melintasi berbagai tantangan dari sejak beberapa abad lalu hingga kini.
Semua bangunan gedung di ma’had modern komprehensif ini bukan hanya bersih, megah dan gagah untuk sesaat, melainkan dibangun berdaya tahan lebih lima ratusan tahun bahkan bisa puluhan abad, setara bangunan-bangunan monumental di dunia, yang sudah mengukir sejarah pada zamannya. Terutama bangunan Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin yang merupakan induk dari semua karya besar yang menumental di ma’had ini, yang kelak diyakini akan diukir sejarah sebagai simbol kebesaran dan kebangkitan bangsa ini.
Gaya arsitekturnya pun merupakan perpaduan menyeluruh dari semua gaya arsitektur yang ada di dunia ini. Gaya arsitektur bernilai estetika universal, yang di ma’had ini disebut sebagai gaya arsitektur rahmatan Lil ‘alamin.
Pendek kata, MAZ yang semua bangunan dan kegiatannya berpusat pada Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin, dibangun sebagai sebuah kawasan pendidikan terpadu yang monumental dalam abad 21 ini. Hingga kelak, sampai berabad-abad ke depan, MAZ akan dicatat sejarah menjadi sebuah monumen fenomenal milenium ketiga.
Diyakini, kelak, bagi generasi berikutnya, monumen ini akan bernilai sejarah setara dengan bangunan-bangunan monumental dunia yang sudah tercatat dalam sejarah zamannya masing-masing. Seperti, bangunan monumental Islam kompleks Masjid Cordoba, Istana Al-Hamra dan Medinat az-Zahra di Spanyol. Juga bangunan-bangunan monumental Romawi, Mesir, Dinasti Cina klasik, kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha yang bersejarah dan mampu bertahan ratusan sampai ribuan tahun.
Setiap bangunan yang didirikan di MAZ, diprogram harus memenuhi persyaratan pokok yakni berdaya tahan lama, aman untuk difungsikan sesuai hajat ma’had. Setiap bangunan itu harus cukup kuat dan berkemampuan memikul pembebanan yang terjadi baik pembebanan vertikal maupun horizontal dalam jangka waktu lama. Kekuatan itu dirancang dengan penggunaan kekuatan elemen-elemen (material) konstruksi berkualitas dan proses pengerjaan yang telaten dan cerdas.
Grand architect MAZ,Syaykh al-Ma’had AS Panji GumilangDalam hal sistem kontrol mutu bangunan dilakukan dengan sistem pengendalian sumber daya yang disebut BMW, singkatan dari biaya, mutu dan waktu. Semua dikontrol sejak awal, baik mutu manusia, mutu bahan bangunan maupun mutu peralatan bangunannya.
Salah satu hal yang amat menarik dalam proses dan sistem pembangunan di Ma’had Al-Zaytun, semua dilakukan oleh tenaga profesional ma’had sendiri yang teruji handal dan memegang prinsip ibadah, akhlak dan amanah. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pemeliharaan berada dalam satu manajemen internal yang terpadu dan terkendali tanpa batas waktu, 24 jam setiap harinya.
Dengan manajemen pembangunan seperti ini, bukan saja kualitas bangunannya yang bisa dijamin, juga soal pembiayaannya yang jauh lebih rendah, 1 : 3. Artinya, pembiayaannya hanya 1/3 dari biaya jika dikerjakan secara konvensional. Maklum, di MAZ ini selain tidak ada birokrasi yang panjang dan berbelit, juga dijamin tidak ada korupsi.
Sistem manajemen dan proses pembangunan di MAZ ini tidaklah asal ada dan asal jadi. Sejak awal Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) telah merencanakannya sedemikian matang. Kemudian dibentuk tim pelaksana pembangunan pada pertengahan Mei 1995. Tim pembangunan itu menerima amanah untuk bertugas dan bertanggung jawab mewujudkan bangunan-bangunan yang dihajatkan sebagaimana telah direncanakan dalam bentuk master plan Ma’had Al-Zaytun. Master plan itu ditetapkan bersama di bawah pimpinan Syaykh al-Ma’had AS Panji Gumilang, selaku grand architect-nya.
Kemudian, dalam perkembangan berikutnya, untuk memperkuat perencanaan, termasuk bidang arsitektur, Tim Ma’had Al-Zaytun yang langsung dipimpin oleh Syaykh al-Ma’had AS Panji Gumilang, dengan anggota tim M Natsir Abdul Qadir, M Yusuf Rasyidi dan Ir Bambang Abdul Syukur, melakukan studi banding ke Eropa, khususnya ke Andalusia. Studi banding ini, selain menyangkut hal yang berkaitan dengan masalah pendidikan pada umumnya, juga secara khusus menelusuri lengkung-lengkung arsitektur dunia yang mengundang kekaguman umat manusia sampai ratusan tahun.
DOME: Bangunan dome (kubah) masjid (dari dalam) yang akan dilapisi bahan seperti emas, bermakna agar bangsa Indonesia berkualitas emas.Kunjungan itu telah pula memperluas wawasan dan memompakan spirit yang lebih besar serta meresapkan sentuhan-sentuhan keindahan karya-karya besar arsitektur klasik dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan ma’had ini. Semua masukan itu memberi kekayaan ide arsitektur bernilai karsa dan estetika tinggi dan universal dalam rancang bangun gedung-gedung di Ma’had Al-Zaytun, terutama rancang bangun Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin.
Maka jika mengamati seluruh konstruksi dan arsitektur bangunan di ma’had ini, terutama rancang bangun dan arsitektur Masjid Rahmatan Lil ’Alamin, tak berlebihan bila perencana dan arsitek di MAZ ini dapat disejajarkan dengan arsitek Abbasiyah yang membangun kompleks Masjid Cordoba, Istana Al-Hamra dan Medinat az-Zahra di Spanyol. Atau Salman al-Farisi yang merancang pembuatan khandaq (parit) yang mengelilingi kota Madinah.
Sebagaimana karya arsitek Abbasiyah dan Salman al-Farisi yang dicatat dalam sejarah zamannya masing-masing, begitu pula karya tim perancang pembangunan MAZ ini kelak pantas dicatat sejarah zamannya yang membangun bangunan-bangunan monumental yang kelak menjadi bukti sejarah kebangkitan Islam dan kebangkitan bangsa ini.
Masjid Rahmatan Lil ’Alamin
Masjid adalah inti dan pusat kegiatan seluruh penghuni Ma’had Al-Zaytun (MAZ). Di kampus ini santri dilatih dan dibiasakan hidup beribadah, melaksanakan salat baik itu Isya, Subuh, Zuhur, Asar dan Magrib secara berjamaah, sekaligus berdisiplin dalam tradisi kepesantrenan, namun hidup dalam suasana dan manajemen modern.