Sejarah Masjid
Dulu, setiap orang di Cologne, Jerman, selalu menentang pendirian masjid. Mereka menganggap, keberadaan masjid akan menjadi pemicu munculnya aliran keagamaan yang dapat menyebabkan terjadinya konflik. Apalagi, menurut pandangan mereka, Islam tidak lebih dari sebuah agama yang mengajarkan pemeluknya menjadi kasar, pembuat aksi teror, dan stigma negatif lainnya. Puncaknya, ketika aksi terorisme 11 September 2001, kesan mereka terhadap Islam makin buruk.
Namun, perlahan tapi pasti, kesan itu mulai luntur, seiring dengan tidak terbuktinya agama Islam sebagai pengajar kekerasan. Mereka mulai memahami bahwa apa pun agamanya dan siapa pun orangnya, bisa saja bertindak anarkis dan melakukan kekerasan, bila harga diri dan martabat mereka dilecehkan.
Karena itu, ketika muncul keinginan sebagian warga Cologne, terutama Muslim Jerman untuk mendirikan Masjid di tahun 2007, hampir dua pertiga warga Cologne menyambut positif. Maka, dengan restu dan persetujuan dari warga itu, masyarakat Muslim Cologne Jerman ini akhirnya bisa mendirikan sebuah masjid.
Umat Islam di wilayah Cologne mencapai 10 persen dari total populasi. Jumlah penduduk Muslim di Cologne merupakan yang terbanyak di seluruh kota di Jerman. Mayoritas warga Muslim di Jerman ini merupakan keturunan Turki. Sebab, negara dengan penduduk Muslim terbesar di Eropa itu berbatasan langsung dengan Jerman.
Bahkan, banyak keturunan Turki yang akhirnya menjadi warga negara Jerman. Sementara itu, pemeluk agama Islam lainnya berasal dari berbagai negara dan benua seperti Asia, Afrika, dan Eropa.
Seiring dengan respons positif masyarakat Eropa dan juga Cologne terhadap agama Islam, maka jumlah pemeluk Islam pun kian hari semakin bertambah. Diperkirakan, jumlahnya akan makin membesar dengan munculnya kesadaran yang mendalam akan kebenaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Keberadaan Masjid Cologne Jerman ini, juga akan memicu munculnya pesta penyambutan warga Muslim lainnya. Diprediksikan, pada 2020 mendatang, sekitar dua pertiga penduduk Jerman akan memiliki akar keturunan asing, terutama Turki. Karenanya, banyak pihak di Jerman yang menilai pembangunan masjid ini akan menjadi pesta penyambutan bagi minoritas Muslim Jerman.
Masjid yang mulai dibangun tahun 2008 ini berada di distrik Ehrenfeld, tepatnya di lokasi masjid yang selama ini dikelola oleh komunitas Muslim Turki yang bernaung di bawah Turkish-Islamic Union for Religius Affairs.
Bangunan masjid di Cologne ini dapat menampung sekitar 2.000 orang jamaah secara bersamaan. Angka ini merupakan yang terbesar di Jerman. Memang, sejak awal desainnya, masjid ini bakal menjadi masjid terbesar di Jerman. Dan ke depannya, kompleks masjid juga akan menyediakan ruang komersial seluas 2.455 meter persegi.
Sumber : https://www.republika.co.id/
Desain Masjid
Arsitektur Masjid ini mengacu pada Gaya Arsitektur Timur Tengah Kekinian
Tepat di atas ruang shalat terdapat sebuah kubah besar yang semi transparan, titik tertingginya mencapai 36 meter. Cahaya dari luar menerobos masuk dari sebuah kaca berbentuk bintang di puncak kubah. Lampu sorot besar menyinari kaligrafi-kaligrafi, mimbar, dan mihrab di dalam masjid. Dinding masjid dihiasi oleh 1.800 panel stucco. (Sumber : https://ganaislamika.com/)
Tampak dari Samping
Masjid seluas 48.000 kaki persegi (4.500 m2) ini membutuhkan biaya 15-20 juta poundsterling untuk dibangun, dengan
tujuan menampung 2.000 hingga 4.000 jamaah. Masjid ini didanai oleh Diyanet İşleri Türk İslam Birliği (DITIB),
cabang dari otoritas urusan agama pemerintah Turki, pinjaman bank, dan sumbangan dari 884 asosiasi Muslim.
Gereja Katolik St. Theodore di Cologne juga telah memutuskan untuk menggalang dana untuk masjid tersebut. Arsitek
masjid adalah Gottfried Böhm dan putranya Paul Böhm, yang berspesialisasi dalam membangun gereja. Masjid ini tidak dalam gaya arsitektur Ottoman. Ini memiliki kubah beton dan kaca, dan dua menara setinggi 55 meter.
Masjid memiliki bazaar dan pintu masuk di lantai dasar, ruang kuliah di lantai dasar, area sholat di lantai atas
dan termasuk perpustakaan Muslim. Sebuah sumur ditempatkan di tengah untuk menghubungkan kedua tingkat dan menciptakan
suasana yang menyenangkan. Masjid ini terdiri dari layar dinding seperti datar yang membentuk kubah di tengahnya. Itu juga memiliki dinding kaca, yang menurut juru bicara DITIB Alboga memberi pengunjung perasaan terbuka. Menurut
sang arsitek, keterbukaan semakin ditingkatkan dengan tangga yang mengundang dari jalan. Para pengembang telah mewajibkan
area sekuler masjid (mis. Restoran, aula acara dan toko) terbuka untuk orang-orang dari semua agama.Sebuah rencana disambut
oleh walikota Cologne Fritz Schramma saat itu untuk membangun menara yang lebih pendek dijatuhkansetelah arsitek mengatakan
rencana itu akan membuat menara tidak proporsional dengan sisa bangunan dan struktur di sekitarnya. (Sumber : https://en.wikipedia.org/)
Interior Masjid
Ruang Sholat untuk Jamaah Wanita
Desain interiornya merupakan gabungan elemen oriental dengan Islam kontemporer, yang terlihat dari medali-medali di atap dengan teks Arab yang dikombinasikan dengan daun berwarna emas. “Ini (teks Arab) menampilkan nama-nama semua nabi besar yang memainkan peran penting dalam sejarah Yahudi, Kristen, dan Islam,” kata Bekir Alboga. Ini merupakan suatu bentuk keterbukaan terhadap teologi antar agama, katanya.
Arsitek terkenal Gottfried dan Paul Bohm adalah pemenang kompetisi arsitektural untuk desain MSC, dan sekalian ditugaskan untuk membangunnya. “Bagi umat Islam, sangat menyenangkan untuk berdoa di tempat seperti ini. Saya berharap sebagian masyarakat akan datang ke sini, melihat masjid dan merasakan terbukanya gedung ini,” ujar Bohm. Sebagaimana di masjid-masjid lainnya, ruang shalat untuk wanita diposisikan terpisah. Namun, meskipun terpisah para wanita tetap dapat melihat Imam Masjid yang sedang memimpin shalat tanpa terhalang. Ruang shalat wanita ini posisinya sedikit lebih naik dengan akses tangga di samping-samping masjid. Daerah untuk berwudhu juga dapat diakses dari tengah ruangan.
“Saya pikir penting bahwa areal untuk perempuan itu sama indahnya dengan yang dimiliki pria,” kata seorang siswi berusia 17 tahun, Didem Dege. Dia sengaja datang datang ke Cologne dari Plettenberg hanya untuk melihat masjid tersebut. Menurutnya, masjid ini “sangat indah”. “Saya sudah mengambil foto dan mempostingnya secara online,” ujarnya. (Sumber : https://ganaislamika.com/)
mantap artikelnya, sedikit koreksi bahwa negara Jerman tidaklah berbatasan langsung dengan negara Turki. cmiww
baik terima kasih 🙂